Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman saya yang telah mendukung saya baik moril, mental, kasih maupun sayang.. Akhirnya setelah kesekian waktu lamanya, kohdon pun mulai mencoba berbagi kepada pembaca sekalian tentang apa yg saya alami, amati, dan ketahui semenjak saya mulai terlena akan kehidupan duniawi yang serba hedon, di awang-awangi gemerlapnya lampu diskotik.. ehm. maaf, bukan itu yang saya maksud.. maaf.. Baiklah, untuk mempersingkat waktu saya akan mulai berbagi tentang:
::Kohdon di Pantai::
Disini kohdon begitu ceria, bersemangat, dan bergairah! kenapa, mungkin karena ada air laut, jadi teringat akan masa lalunya yang kelam ketika harus pagi-pagi menyiapkan jaring-jaring dan perahu nelayan untuk mencari ikan, menimbang-nimbang kompas untuk menuju arah yang tepat, lalu pulang dengan bawa ikan yang banyak untuk dijual dipasar esok subuhnya. Namun sekarang, itu semua telah berlalu.. maaf ini tidak ada di skenario.
3 Hari ia manfaatkan dengan baik saat-saat di pantai. Ia tidak mau seperti temannya yang hanya berleha-leha di kamar, karena seperti itu sangat merugi, buat apa saya bayar mahal-mahal tapi cuma ngerem di kamar. Atas dasar itulah dia sangat bersemangat untuk mandi (baca: main air di laut). Ya! Main air! Ia gunakan apa saja untuk bisa bermain dengan air. "aiiirr!! main yuuuukkkk!!!" mungkin kira-kira begitu yang ada dibenaknya. Sungguh anak yang periang. Tak kalah hebat dengan ayahnya. Karena keranjingan bermain air di Pantai selama 3 hari, tak sadar bahwa tubuhnya pun menghitam. Pekat! Mungkin jika dilihat secara fisika, emisivitasnya mendekati 1, dan itu bisa gawat. Untungnya ia sudah mengantisipasinya dari awal dengan menggunakan Sun-Block. Syukurlah.
Tak hanya getol dengan bermain air, ia pun akhirnya bisa melihat surga-dunia dengan jelas. (cewe2 pantai asoy dg hotpants). 3 Tahun menyesak terbengkalai menjadi cecunguk berandal di asrama, dengan terlihatnya surga-dunia, serasa lahir kembali akan namanya kebebasan. Yeah! Freedom!
Dan tak lupa, di malam terakhirnya di pantai, ia bersama cecunguknya, popeng, akhirnya bisa menyelenggarakan konsernya yang terakhir kepada seluruh wanita, baik wanita di jendela hingga wanita di trotoar. Semua dihiburnya dengan petikan senar gitar yang sungguh skillful dipadu dengan getaran suara yang menggema. Membuat wanita mabuk kepayang. Pasangan-pasangan yang malam itu intens pun tak luput dihiburnya. Dari pasangan ke pasangan lain, mereka hampiri satu persatu tanpa diminta uang sepeser pun. Sungguh Mulia hati mereka ini! Inilah contoh pengamen masa depan. It ends tonight.... dari kami.
::Kohdon di Wisuda::
Setelah menghitam karena dosa (baca: matahari pantai), ia dan para cecunguk2 lainnya harus diwisudakan secara besar2an dan maksimal. Mereka harus dipakaikan dengan rapih ala barat dengan tuksedonya yang mencolok dan elegan, sementara yang wanitanya harus di "tune-up" abis2an mukanya supaya cantik mendadak kayak jadi artis instan di tivi2. Yang jerawatnya berkoloni, dipoles sedemikian rupa hingga hilang, atau setidaknya pindah ke punggung biar ga keliatan. Dan masih banyak lagi cara merias mereka2 itu hingga akhirnya para cecunguk pria harus menunggu lama para wisudawati berdandan dan memulai acara. Sungguh terlalu.
Akhirnya wisuda dimulai. Beberapa hari sebelumnya, kita para cecunguk2 telah dilatih secara matang dan prima untuk menjalani serangkaian acara ini. Kita semua telah diatur secara semena-mena! Tidak etis! Bagaimana mungkin, tangan kami, tangan kanan kami, harus memegang sebuah tabung yang tak lebih sebuah tabung paralon berdiameter 3 cm, dengan posisi yang sangat tidak enak, selama kurang lebih 2 jam (CMIWW), penyiksaan! Tapi demi kelulusan kami, apapun badai dan rintangan akan dihadapi. Setidaknya selongsong ini tidak menjadi macan atau badai sekalipun. Dan untungnya tidak!
Prosesi demi prosesi berjalan dengan lancar. Matahari semakin naik ke atas ubun-ubun. Dan akhirnya selesailah kami! Para cecunguk2 madrasah pun bisa bersenang hati. LULUS! Lepas sudah dari cengkraman kitab2 berlafazkan arab di saat tematik, lepas sudah tikus2 dan tokek2 yg sering menghantui, lepas sudah makanan yg ditaruh diatas nampan2 berjalan.. LEPAS SUDAH!.
::Kohdon di Pantai::
Disini kohdon begitu ceria, bersemangat, dan bergairah! kenapa, mungkin karena ada air laut, jadi teringat akan masa lalunya yang kelam ketika harus pagi-pagi menyiapkan jaring-jaring dan perahu nelayan untuk mencari ikan, menimbang-nimbang kompas untuk menuju arah yang tepat, lalu pulang dengan bawa ikan yang banyak untuk dijual dipasar esok subuhnya. Namun sekarang, itu semua telah berlalu.. maaf ini tidak ada di skenario.
3 Hari ia manfaatkan dengan baik saat-saat di pantai. Ia tidak mau seperti temannya yang hanya berleha-leha di kamar, karena seperti itu sangat merugi, buat apa saya bayar mahal-mahal tapi cuma ngerem di kamar. Atas dasar itulah dia sangat bersemangat untuk mandi (baca: main air di laut). Ya! Main air! Ia gunakan apa saja untuk bisa bermain dengan air. "aiiirr!! main yuuuukkkk!!!" mungkin kira-kira begitu yang ada dibenaknya. Sungguh anak yang periang. Tak kalah hebat dengan ayahnya. Karena keranjingan bermain air di Pantai selama 3 hari, tak sadar bahwa tubuhnya pun menghitam. Pekat! Mungkin jika dilihat secara fisika, emisivitasnya mendekati 1, dan itu bisa gawat. Untungnya ia sudah mengantisipasinya dari awal dengan menggunakan Sun-Block. Syukurlah.
Tak hanya getol dengan bermain air, ia pun akhirnya bisa melihat surga-dunia dengan jelas. (cewe2 pantai asoy dg hotpants). 3 Tahun menyesak terbengkalai menjadi cecunguk berandal di asrama, dengan terlihatnya surga-dunia, serasa lahir kembali akan namanya kebebasan. Yeah! Freedom!
Dan tak lupa, di malam terakhirnya di pantai, ia bersama cecunguknya, popeng, akhirnya bisa menyelenggarakan konsernya yang terakhir kepada seluruh wanita, baik wanita di jendela hingga wanita di trotoar. Semua dihiburnya dengan petikan senar gitar yang sungguh skillful dipadu dengan getaran suara yang menggema. Membuat wanita mabuk kepayang. Pasangan-pasangan yang malam itu intens pun tak luput dihiburnya. Dari pasangan ke pasangan lain, mereka hampiri satu persatu tanpa diminta uang sepeser pun. Sungguh Mulia hati mereka ini! Inilah contoh pengamen masa depan. It ends tonight.... dari kami.
::Kohdon di Wisuda::
Setelah menghitam karena dosa (baca: matahari pantai), ia dan para cecunguk2 lainnya harus diwisudakan secara besar2an dan maksimal. Mereka harus dipakaikan dengan rapih ala barat dengan tuksedonya yang mencolok dan elegan, sementara yang wanitanya harus di "tune-up" abis2an mukanya supaya cantik mendadak kayak jadi artis instan di tivi2. Yang jerawatnya berkoloni, dipoles sedemikian rupa hingga hilang, atau setidaknya pindah ke punggung biar ga keliatan. Dan masih banyak lagi cara merias mereka2 itu hingga akhirnya para cecunguk pria harus menunggu lama para wisudawati berdandan dan memulai acara. Sungguh terlalu.
Akhirnya wisuda dimulai. Beberapa hari sebelumnya, kita para cecunguk2 telah dilatih secara matang dan prima untuk menjalani serangkaian acara ini. Kita semua telah diatur secara semena-mena! Tidak etis! Bagaimana mungkin, tangan kami, tangan kanan kami, harus memegang sebuah tabung yang tak lebih sebuah tabung paralon berdiameter 3 cm, dengan posisi yang sangat tidak enak, selama kurang lebih 2 jam (CMIWW), penyiksaan! Tapi demi kelulusan kami, apapun badai dan rintangan akan dihadapi. Setidaknya selongsong ini tidak menjadi macan atau badai sekalipun. Dan untungnya tidak!
Prosesi demi prosesi berjalan dengan lancar. Matahari semakin naik ke atas ubun-ubun. Dan akhirnya selesailah kami! Para cecunguk2 madrasah pun bisa bersenang hati. LULUS! Lepas sudah dari cengkraman kitab2 berlafazkan arab di saat tematik, lepas sudah tikus2 dan tokek2 yg sering menghantui, lepas sudah makanan yg ditaruh diatas nampan2 berjalan.. LEPAS SUDAH!.
No comments:
Post a Comment